Selamat Datang

Selamat kepada Khoirul Umam (UIN Jakarta'11) terpilih sebagai ketua Lingkar Bidikmisi PTAIN se-Nusantara (LINGDIKSI).

Selamat dan Sukses Wisuda ke 95 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selamat menyelesaikan tugas akhir skripsi untuk mahasiswa semester VII Fakultas Ushuluddin

.

.

Halaman

Minggu, 04 Januari 2015

RELASI GENDER DALAM AGAMA KONGHUCHU

Responding Paper
RELASI GENDER DALAM AGAMA KONGHUCHU
Khoirul Umam (1111034000164)

Kong Hu Cu selalu menghindari pembicaraan mengenai metafisika, ketuhanan, jiwa, dan berbagai hal yang ajaib. Namun ia tidak meragukan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa yang dianut masyarakatnya. Bahkan ia lebih meneguhkan pemujaan terhadap leluhur, dengan kesetiaan terhadap sanak keluarga dan penghormatan terhadap orang tua. Ia mengajarkan betapa penting artinya penghormatan dan ketaatan istri terhadap suami, ataupun rakyat terhadap penguasanya.
Menurut Kong Hu Cu hidup ini ada dua nilai yaitu Yen dan Li. Yen artinya cinta atau keramahtamahan dalam hubungan dengan seseorang, sedangkan Li artinya keserangkaian antara perilaku, ibadah, adat istiadat, tata karma dan sopan santun. Kong Hu Cu mengatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi tempat orang besar, yaitu kagum terhadap perintah Tuhan, kagum terhadap orang-orang penting, dan kagum terhadap kata-kata yang bijaksana.
 Orang yang tidak kagum terhadap ketiga hal tersebut atau malahan berperilaku tidak sopan dan menghina kata-kata bijaksana adalah orang-orang yang picik (Lun Yu 16:8). Ia berkeyakinan bahwa adanya Negara itu tak lain untuk melayani kepentingan rakyat, bukan rakyat untuk (penguasa) Negara. Maka penguasa pemerintahan harus member contoh suri tauladan yang moralis terhadap rakyat dan bukan bertindak zalim. Kong Hu Cu berkata “apa yang kamu tidak suka orang lain berbuat atas dirimu, jangan lakukan”.
Pandangan Kong Hu Cu tentang dunia, bahwa dunia itu dibangun atas dasar moral, jika masyarakat dan negara rusak moralnya, maka begitu pula tatanan alam menjadi terganggu, terjadilah bahaya peperangan, banjir, gempa, kemarau panjang, penyakit merajalela dan lainnya. Oleh karenanya manusia mempunyai tempat terhormat yang tinggi yang harus diberkati dengan cahaya ketuhanan.
Kong Hu Cu mengatakan bahwa “Biukan system yang membuat manusia itu hebat, melainkan orang-orang yang membuat system itu yang hebat” (Lun Yu 15:29). Ia percaya bahwa asal manusia itu baik, dan akan kembali ke sifat yang baik, oleh karenanya tidak diperlukan adanya juru selamat. Yang perlu bagi manusia adalah adanya guru yang berbudi. Guru yang berbudi akan berusaha sungguh-sungguh mengajarkan ajarannya serta menjadi contoh teladan yang baik bagi orang lain. Kong Hu Cu sendiri menyatakan bahwa dirinya adalah seorang guru yang mendapat petunjuk dari Tuhan.
Meng Tsu adalah murid Kong Hu Cu yang baik, pandai, dan bermoral kuat. Menurutnya, orang memiliki sikap perilaku sejak lahir, yaitu Jen (kebesaran hati), Yi (sifat berbudi), Li (kesopanan), dan Chich (kebijaksanaan). Jadi jika seseorang jahat, maka sifat itu tidak bawaan sejak lahir. Dan perasaan malu, haru, sopan, dan hormat merupakan sifat dasar manusia. Dia jug berkata bahwa rusaknya sifat dasar manusia itu karena hubungan hidup yang kasar. Dalam hal pemerintahan, Meng Tsu mendukung penuh ajaran gurunya, Kong Hu Cu, bahwa pemerintahan yang baik itu bukan tanpa perikemanusiaan, tetapi pada teladan yang baik dari penguasa. Untuk mencapai pemerintahan yang baik, rakyat perlu diikutsertakan karena rakyat bukan sekedar dasar dari pemerintahan tapi jug peradilan terakhir bagi pemerintahan. Sedangkan HsunTse adalah pengajar yang realistic.
Ia tidak percaya terhadap Tien(surga) sebagai pribadi Tuhan. Menurutnya Tien adalah hukum alam yang tidak berubah. Manusia bukanlah Tien yang bertanggung jawab atas kehidupannya, ataupun kebahagiaan dan bencana alam yang dihadapinya. Jadi apabila sandang, pangan, tenaga digunakan semertinya maka surge tidak akan mendatangkan kemalangan. Jadi dia tidak percaya pada hal takhayul, ia juga menganggap bahwa sifat dasar manusia itu adalah jahat, sedangkan kebaikan seseorang itu didapat dari lingkungannya. “Menurut  (mengikuti)  sifat-sifat  yang  benar itulah jalan suci bagi seorang wanita”.  (Mencius III, 2;2) istri yang baik itu adalah istri yang tunduk dan patuh terhadap printah suaminya, dan istri yang tidak baik adalah istri yang selalu melanggar perintah suaminya. Jika seorang istri dapat menuruti perintah suaminya, bukan berarti suami dapat berbuat sekehendak hatinya, namun suami hendaklah dapat berbuat  yang terbaik untuk istrinya. Bagi khanghucu sebaiknya suami  bersikap sebagai seorang kuncu (manusia budiman)  yang dapat menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga.
Selama 2.500 tahun ajaran Konfusius telah mempengaruhi pemikiran dan perilaku masyarakat di Cina, Korea, Jepang, dan Vietnam. Penekanan utama ulama perempuan Asia telah menjadi pemeriksaan ideologi Konfusianisme sejarah dan status saat ini. Scholar Xiao Ma mengatakan: "Wanita selalu telah berjuang untuk jalan keluar dari bayang-bayang Konfusianisme."
Meskipun Cina awal tidak memiliki komitmen nyata untuk subordinasi perempuan, dari waktu ke waktu ajaran Konfusianisme yang diperluas. Itu selama dinasti Han (206 SM - 220 M) bahwa Konfusianisme diadopsi sebagai doktrin negara pemerintah, dengan pikirannya menjadi bagian dari pendidikan resmi. Dalam dinasti kemudian, interpretasi Neoconfucian lebih diperkuat otoritas laki-laki dan adat patrilineal. Menurut struktur Konfusianisme masyarakat, perempuan pada setiap tingkat adalah untuk menempati posisi yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Kebanyakan Konghucu menerima sikap tunduk perempuan untuk laki-laki sebagai alami dan tepat. Pada saat yang sama mereka diberikan kehormatan dan kekuasaan perempuan sebagai ibu dan ibu mertua dalam keluarga mereka.
Selama bertahun-tahun seluruh tubuh sastra ditulis, mendidik perempuan tentang disiplin diri, etika, hubungan dengan mertua, manajemen rumah tangga, kerendahan hati, dan kesucian. Biografi yang ditulis tentang wanita mengagumkan menekankan mementingkan diri setia dan rela berkorban kesediaan mereka untuk melakukan apa pun untuk membantu suami dan keluarganya. Meskipun ideologi adalah satu hal dan realitas kehidupan perempuan sering lain, bayangan panjang keyakinan dasar tentang sifat dan peran perempuan memiliki efek yang luas. Kegiatan ini menawarkan ucapan tradisional yang didasarkan pada interpretasi kepercayaan Konghucu untuk membantu meningkatkan kesadaran tentang implikasi dari ucapan-ucapan tersebut pada partisipasi bersejarah perempuan dan status mereka dalam masyarakat.
Saya mengutip kalimat-kalimat bias gender ini berasal dari tulisan-tulisan Konfusius terinspirasi, teks moralitas, dan dari ucapan-ucapan berdasarkan interpretasi kemudian model Konghucu keluarga, diantaranya:
"Tugas seorang wanita adalah tidak untuk mengontrol atau mengambil alih."
"Tugas terbesar Perempuan adalah untuk menghasilkan anak laki-laki."
"Seorang wanita penguasa seperti kokok ayam."
"Seorang suami bisa menikah dua kali, tapi istrinya tidak pernah harus menikah lagi."
"Kita tidak boleh terlalu akrab dengan perintah yang lebih rendah atau dengan wanita."
"Wanita dengan bakat adalah orang yang memiliki manfaat."
"Perempuan harus dipimpin dan mengikuti orang lain."
"Seorang suami dapat menikah dua kali, tapi istrinya tidak pernah harus menikah lagi."



0 komentar:

Posting Komentar